Jum'at, 15 April 2016.
Gue ikutan trauma healing ke kampung Pasar Ikan Luar Batang bersama manajemen Yayasan Indonesia Tangguh, santriwan-santriwati dan relawan tangguh lainnya.
Kami berangkat dari asrama perempuan pukul 13.30 WIB dengan metro mini. Tiba di sana pukul 16.30 WIB, selama perjalan kami sempet muter dua kali ketika di daerah Jakarta Utara karena salah jalan, dan kita sempat muter-muter untuk mencari gang masuk Kampung Luar Batang, ketika sampai di Gang Luar Batang ternyata metro mini tidak boleh masuk, akhirnya kita jalan dan masuk ke Luar Batang di sisi yang sudah digusur dan di situ banyak aparat-aparat dan polisi.
Lama kita di sana ada perdebatan untuk kita bisa masuk ke sana dan bisa ke masjid keramat Luar Batang, sempat sebagian dari kami berdiskusi dengan bapak-bapak warga sana, aparat dan polisi akhirnya jalan keluarnya adalah beberapa ada yang jalan kaki melewati tempat yang sudah digusur untuk bisa ke masjid Keramat Luar Batang, dan sebagian ada yang naik metro mini dengan dikawal oleh ambulan dari Sedekah Rombongan yang di depannya ada polisi naik motor untuk ke Masjid Luar Batang melewati jalan tembus untuk cepat sampai TKP.
Sesampainya di sana kami sholat ashar di masjid Luar Batang, dan setelah itu sebagian dari kami ada yang ke tempat penggusuran pasar ikan Luar Batang untuk memanggil anak-anak dan mengajak ke masjid Keramat Luar Batang untuk trauma healing, tapi di sana gue kaget banget karena ternyata di TKP sudah ada relawan ACT (Aksi Cepat Tanggap) yang juga sedang trauma healing, akhirnya kami (para relawan) sempet di briefing oleh salah satu manajemen YIT yang juga penanggung jawab pada acara trauma healing ini kalau kita bisa mengadakan trauma healing ba'da maghrib di samping masjid keramat Luar Batang.
Setelah briefing dari salah satu manajemen YIT, gue ke TKP tempat yang digusur, di sana gue berjalan sampai ke tempat dekat kapal-kapal, di sana miris sekali gue melihat masih banyak warga yang tinggal di kapal pasca rumah mereka yang digusur. Ga kebayang gimana caranya mereka tidur dalam kegelapan malam yang sangat dingin, di laut pula, gimana caranya mereka mandi, buang hajat, masak. Di sana gue sempet bercakap-cakap sama dua anak laki-laki kelas 6 SD yang sebentar lagi mau UN. Mereka mengaku sangat sedih, dan banyak barang mereka yang hancur dan tak bisa terselamatkan karena pada waktu penggusuran aparat langsung menghancurkan rumah mereka, dan mereka terpaksa mengontrak karena mereka tidak kebagian untuk tinggal di rusunawa.
Di sana gue juga sempet berbincang-bincang dengan warga sana, masih banyak warga pasar ikan Luar Batang yang tetap tinggal di kapalnya, karena mereka tidak tahu harus tinggal dimana lagi, memang pemerintah menyediakan rusunawa, tapi di sana sangat jauh dari daerah Luar Batang mungkin sekitar 3 jam perjalan, dan di rusunawa hanya 1:8, karena itu alasan mereka tetap bertahan tinggal di kapalnya. Kejadian ini sangat menyentuh hati gue, gue inget betapa malu nya gue dulu kalo ada teman gue yang tahu kontrakan gue dulu terbuat dari gedek bambu. Gue ga pernah mau temen gue main ke rumah, karena gue sangat malu. Gue selalu ngeliat ke atas dan atas, kejadian ini seperti sedikit tamparan kecil buat gue kalo kita sebagai makhluk ciptaan Allah harus bersyukur atas apa yang Allah berikan untuk kita. Dalam surat Ar-Rahman sudah Allah SWT sebutkan 31 kali "fabiayyialaaaaa irabbikumaa tukadzibaan - maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?"
Maghrib pun usai, saatnya kita trauma healing. Gue emang ga ditugasin untuk PJ games, tapi melihat anak-anak yang ricuh main sendiri-sendiri di samping masjid Keramat Luar Batang, gue pun berinisiatif untuk mengumpulkan mereka semua dan mengajak mereka semua untuk tertib membuat barisan, saat itu sempat pecah. Kita semua sempat nyanyi-yanyi bareng dan main beberapa games. Mereka sangat senang sekali dan terasa terhibur, senyum manis mereka pun perlahan kembali hadir. Walaupun sebenarnya dibalik senyuman itu ada rasa pahit, ada rasa sedih yang teramat dalam. Kami membagikan mereka snack-snack kecil, mereka sangat bahagia dan salim bergantian ke gue. Setelah acara ni selesai, gue tetep sama anak kecil yang dari sebelum mulai udah gue ajak main, baim namanya, dia anaknya lucu, dan pinter, sama uus juga. Mereka berdua ini gemesin banget, mereka adalah salah dua korban akibat penggusuran di pasar ikan Luar Batang, dan efek ini mereka jadi ga bisa sekolah di Tk nya. Gue sempet nyuapin mereka berdua nasi goreng. Mereka seneng banget, bahkan mereka nanya ke gue "Kakak besok-besok dateng lagi kan kak? kita main lagi ka" aaaaa seketika kaya ga bisa napas gue. Pengen banget rasanya dateng lagi, tapi gimana yaaa. Gue cuma bilang ke mereka berdua do'ain aja. Mereka berdua janji sama gue untuk selalu berbakti sama ke dua orang tua dan rajin belajar. Setidaknya kita bisa membuat mereka kembali tersenyum lagi.
Sedih rasanya melihat kejadian ini semua, sangat ga bisa bayangin kalo kejadian ini tertimpa sama ade gue sendiri, tertimpa sama gue, ibu gue dan orang-orang yang gue sayangin. Sudah seharusnya kita semua bersyukur atas apa yang Allah SWT berikan untuk kita.
Ini adalah pengalam berharga banget untuk gue, kalo di bawah kita masih ada yang kurang beruntung dari kita.
p.s : maafin untuk kata-kata yang lebay ini. Masih amatir jadi masih belum bisa memilah-milah kata.