Ruh membuat fisik manusia hidup, sama seperti Al-Qur'an yang menjadi ruh bagi kehidupan. Al-Qur'an menjadi nafas bagi kehidupan, ia menggerakkan kehidupan, ia memberi makna dan aroma bagi kehidupan. Ketika Al-Qur'an menjadi nafas kehidupan, ia menghadirkan harum, kebermaknaan dan keindahan. Al-Qur'an menghidupkan hati seperti air hujan yang menghidupkan bumi. Ketika bibir basah dengan bacaan Al-Qur'an, akal merenungi kebenarannya, hati merasakan kenikmatannya, maka hiduplah jiwa manusia dengan sentuhan Al-Qur'an. Untuk itu, sebagai orang tua atau guru berikhtiarlah agar di lingkungan sekitar buah hati (orang tua, guru, teman, sahabat, masyarakat) akrab dengan Al-Qur'an, dan buah hati bisa melakukan beberapa hal diantaranya yaitu membaca Al-Qur'an, menghafal Al-Qur'an, mengkaji isi Al-Qur'an, dan bisa mengimplementasikan nilai-nilai Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.
Jika 4 hal tersebut bisa hadir dalam kehidupan buah hati, maka jiwa buah hati telah tersirami dengan beningnya mata air Al-Qur'an, maka akan tumbuh dari ladang-ladang jiwanya, pohon-pohon kebaikan; pohon keimanan, pohon keikhlasan, pohon keberanian, pohon kedermawahan, pohon ketegasan, pohon kelembutan, dan pohon kepemimpinan.
Setiap buah hati terlahir dengan kehebatan dan keistimewaan yang beraneka ragam. Salah satu keistimewaan fitriyah yang Allah SWT berikan pada buah hati adalah kepemimpinan. Bila orang tua tidak memberikan ruang berfikir, berkreasi, apalagi berinovasi pada buah hati, dan buah hati melakukan sesuatu hanya karena keinginan dan kemauan orang tuanya bukan dari kesadaran yang tumbuh pada jiwa. Maka mereka akan terbiasa memiliki pikiran kalah, kerdil, pesimis, dan selalu sebagai objek, disini potensi kepemimpinan terkerdilkan. Membuat kesempatan mandiri dan berkreasi pada diri buah hati lambat laun akan tumbul. Tumpulnya sikap mandiri hanya akan membuat sang buah hati semakin manja. Kemanjaan inilah yang akan membuat orang-orang disekitarnya akan melayaninya.
Jika buah hati telah terbiasa menghadirkan pelayanan yang terbaik pada dirinya, maka pada gilirannya juga ia akan melayani orang lain disekitarnya. Ketika kelelahan dan kekecewaan begitu dahsyat menyerbu diri sang buah hati hingga mematahkan semangatnya untuk melayani orang lain, maka sentuhlah hatinya dengan ayat "berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah SWT telah berbuat baik kepadamu (QS: 28:77)".
Kebiasaan yang dibiasakan lambat laun akan jadi karakter atau tabiat. Dan kebiasaan itu biasanya selalu akrab dengan kehidupan buah hati, bahkan ia telah menjadi bagian dari lingkungannya. Lingkungan itulah yang akan membentuk karakter anak dengan kuat. Kadang kita lupa bahkan melupakan bahwa buah hati akan hidup di suatu zaman yang sangat jauh berbeda dengan zaman orang tuanya, baik tantangan maupun peluangnya. Melakukan perencanaan untuk buah hati yang pada saatnya nanti akan melanjutkan estafet perjuangan.